Genre :
Romance,little comedy,hurt,school life
Length :
PG-17
Main Cast : - Xi Luhan
- Choi Jung Ah
Other Cast : Byun
Baekhyun, Park Minri
WARNING TYPO!
Jung Ah Pov
Kulihat selembaran
kertas, seperti sebuah undangan keacara persta dansa pangeran. Pangeran yang
telah kudamba-dambakan. Pangeran berkuda putih itu.. Lelaki yang telah merebut
hatiku. Entah aku hatiku terasa berbunga-bunga. Ini adalah kesempatanku untuk
berkenalan dengannya! Ya! Aku harus bisa mendapatkannya!
Kulangkahkan kakiku
menuju istana yang besar dan mewah, kuraih rok gaun indah yang kukenakan untuk
bertemu pangeran berkuda putih. Kumasuki istana indah ini. Kulihat pangeranku.
Tampan! Ingin rasanya aku pingsan sekarang. Entah aku sedang salah lihat atau apa?!
Dia.. Pangeranku.. Berjalan kearahku? AH! Tuhan! Dia mulai mendekatkan tubuhnya
denganku.
"Mau berdansa
denganku?" pintanya lembut. Apa? Dansa? Denganya?! Aku langsung mengangguk
mantap. Bagaimana mungkin aku menolaknya bukan? Kurasakan tangannya bergerak
mengarah pinggangku. Ia mulai meraih tanganku. Tuhan wajahku dengannya sangat
dekat sekali. Aku sangat terpesona dengan tatapan ramahnya. Lagu mulai beralun
lembut. Kami berdansa dan saling bertatap-tatapan. Sampai beberapa detik ia
mulai mendekatkan wajahnya dengan wajahku. Dapat kurasakan deru nafasnya... Ia
mulai memanyunkan bibirnya seolah ingin menciumku. Kupejamkan kedua mataku
dan...
PLETAK
"Akgh"
rintihku. Kudapatkan sebuah penghapus papan tulis yang menimpa dibibirku.
Kulihat semua siswa menertawakanku. Kupastikan wajahku sangat berantakkan
akibat penghapus papan ini.
"YA! CHOI JUNGAH!
APA YANG KAU LAKUKAN HAH?!! KELUAR KAU DARI KELASKU!" Bentaknya. Sial ini
sungguh memalukan! Aku bergegas keluar dari kelas.
"Aghhh ini sungguh
memalukan! Bagaimana bisa kau tertidur dikelas?! Ahhh kau bodoh sekali
Jungah-ya!" runtukku pada diriku. Hahhh~ mimpi pangeran berkuda putih itu
lagi. Bahkan berkali-kali aku memimpikannya. Aku memang sudah gila akan
ketampanannya. Aku berjalan menuju lapangan sekolah, kulihat dia. Pangeranku.
Aahh dia tampan sekali saat bermain basket seperti itu. Pantas saja dia sangat
populer,dia bahkan multi talenta dan juga tampan. Kupandangi wajahnya terus...
Teruss... Dan..
"YA! Awas!"
BUUKK
Author Pov
"Aigoo Jungah-ya kau
ini benar-benar! Hanya karena Pangeran Berkuda Putihmu kau jadi seperti ini?!
Ckck. Lihatlah kau sangat berantakkan sekarang!" bentak Baekhyun pada
Jungah.
"Ya! Apa pedulimu?
Lagipula aku yang berantakkan,kenapa kau yang repot." saut Jungah
"Tsk.. Tentu saja
aku peduli,kitakan tetanggaan. Kalau sampai eommamu tau bagaimana? Pasti akulah
yang akan ditanyainya. Jadi berhentilah merepotkanku. Arrasseo?!" Baekhyun
adalah teman,sekaligus tetangga sebelah rumah Jungah. Mereka saling mengenal
sudah 3 tahun lamanya. Bahkan Baekhyun bisa dibilang bodyguardnya. Yaa itu
semua karena eomma Baekhyun dan Jungah menyuruhnya agar menjaga Jungah.
"Arrasseo
arrasseo,lain kali aku akan menyuruh eommaku untuk pindah rumah."
"Ya.. Maksudku
bukan seperti itu bodoh!"
"Kalau kau
membenciku bil...aang....saaa..jaaa....." Jungah ternganga melihat
Pangeran Berkuda Putihnya berjalan mendekatinya. Sedangkan Baekhyun mengerutkan
alisnya karena perilaku Jungah yang terlewat aneh jika melihat Pangerannya itu.
"Annyeonghaseyo joneun
Xi Luhanibnida~" ucap Luhan ramah. Jungah yang masih ternganga tidak
percaya Pangerannya datang dihadapannya. Sesekali ia tersenyum-senyum sendiri
seperti orang kesetanan(?).
"Ya.. Neo
gwenchana?" tanya Luhan sambil melambai-lambaikan tangannya kearah wajah
Jungah. Jungah yang baru tersadar dari alam bawah sadarnya(?) sambil
menggelenggelengkan kepalanya agar dapat mengontrolkan pikirannya.
"Ne.. Nan
gwenchana" ucap Jungah sambil tersenyum kikuk. Baekhyun yang merasa
terasingkan bangkit dari kursinya untuk meninggalkan dua makhluk aneh bukan
maksudnya hanya satu makhluk aneh.
"Benarkah? Dahimu
berdarah tadi karena terbentur bola basketku. Maafkan aku atas kesalahanku aku
melukai dahimu." ucap Luhan ramah.
"A-aniya aniya! Aku
tidak apa-apa kok. Lihat lah nih!" Jungah menepuk jidatnya untuk
membuktikan dirinya tidak apa-apa. "akghh" rintihnya dalam hati.
Luhan yang membesarkan matanya karena tersontak dengan kelakuan gadis ini.
"Hahaha.. Kau ini,
kau ingin melukai dirimu sendiri,eo? Sini biarku obati." ucap Luhan sambil
berjalan mendekati Jungah untuk mengobatinya. Luhan mendapatkan dahi Jungah
yang terluka,ia mengobatinya dengan lembut. Sementara Jungah yang masih
memandangi wajah Luhan lagi,karena Jungah sangat terpesona oleh wajah Luhan.
Luhan yang tidak menyadari dipandangi oleh Jungah,ia hanya melanjutkan kegiatan
pengobatannya terhadap Jungah.
"Nah~ selesai...
Eotte? Masih sakit?" ucap Luhan
Jungah menggeleng
"Ani~ ini sangat sangaaat membantu. Gomawo Luhan Seonbae"
"Baiklah,lain kali
berhati-hatilah, ne?" ucap Luhan sambil mengacak rambut Jungah lalu
meninggalkannya. Jungah yang masih berbunga-bunga karena Luhan. Ia berjalan
menuju kantin sambil lompat-lompat kegirangan.
"Ya..ya.. kenapa
lagi dengan Jungah kita? Sepertinya hari ini dia sedang kesambet kali ya?"
Tanya salah satu temannya Sura kepada Jeohyun.
"Iya memang dia
sangat aneh hari ini" sambung Jeohyun.
"YA! Choi Jung Ah!
Apa kau baik-baik saja?" tanya Sura
"Mollaseoyo~"
jawab Jungah sambil senyum-senyum sendiri
"Eisshh jangan bilang
gara-gara pangeranmu. Betul tidak?" saut Jeohyun
"Hmmm" Jungah
mengangguk mantap
"Wae? Apa yang
terjadi,eo? Apa kau melihatnya sedang latihan basket? Atau dance? Atau.."
kata-kata Jeohyun terpotong oleh Jungah. "Aku bertemu denganya tadi"
saut Jungah yang masih kegirangan.
"Jinjjayo?
Eoddiga?" tanya Sura
"Tadi dia
mengobatiku saat aku jatuh tertimpa bola basketnya.. Haaaahhh hari ini hari
yang paling indah Sura-ya.... Oh! Sura-ya Jeohyun-ah menurutku Luhan oppa...
Apa mungkin dia menyukaiku? Dia bahkan selalu tersenyum kepadaku, kau tau saat
dia ingin pergi dia mengelus kepalaku!" jelas Jungah
"Whoaa jinjjayo?
Ya! Kalau tersenyum sih dia selalu tersenyum kepada siapa saja Jungah-ya"
ucap Jeohyun
"Tapi kali ini aku
merasakan ada yang beda dari senyumnya hari ini..." potong Jungah
"Mwol??" saut
Sura dan Jeohyun
"Senyumnya hari
ini...... Lebih manis dari biasanya. Ya! Tentu dia menyukaiku!"
"Aigoo jinjja! Ya
Jungah-ya apa bedanya dia bersenyum sebelumnya sama hari ini?" saut Sura
"Jungah-ya sebaiknya
kau jangan terlalu percaya diri,kita sebagai sahabatmu tidak ingin kau jatuh
nantinya" jelas Jeohyun
"Siapa yang percaya
diri? Aku akan buktikan kepada kalian kalau Luhan oppa memang menyukaiku. Aku
akan membuktikannya!" Jungah pergi meninggalkan Sura dan Jeohyun.
Skip~
Sudah 3 hari Jungah
menjadi secret adminer. Bahkan ia sampai rela menghabiskan
uang sakunya demi memberikan Luhan hadiah. Entah apa tujuan dari semua
ini,Jungah hanya ingin memberikannya sesuatu. Ia hanya belum siap memberikannya
sendiri. Karena ia malu. Terkadang ia teringat dengan kata-kata sahabatnya
untuk tidak terlalu percaya diri. Tapi ia tidak peduli! Ia hanya ingin
mengikuti apa kata hatinya.
Hari ini dimana ia
memberikan hadia kepada Luhan lagi. Ia berjalan girang kearah loker Luhan. Ia
mencium hadiahnya tersebut sambil mengelusnya. Perlahan ia memasukan hadiahnya
kedalam loker Luhan.
"Eheemm"
hadiah itu terjatuh tiba-tiba. Tangan Jungah bergemetaran. Ia membalikan
badannya menuju pusat suara tersebut. Matanya membesar setelah mengetahui suara
pemilik ini adalah suara...
"Jadi.. Kau?"
Luhan berjalan mengambil hadiah yang terjatuh tadi. "Jadi kau Choi Jung Ah
my secret adminer for a three days? No i mean for days. Am i rite?" ucap
Luhan. Jungah hanya menundukkan kepalanya malu. Ia sangat malu sekarang.
"Wae? Kenapa kau tidak memberikannya langsung saja Jungah-ssi?" tanya
Luhan lagi. Jungah tidak kunjung menjawab,ia masih bingung ingin menjawab apa.
"Wae? Kenapa kau diam saja? Lalu mengapa kau menunduk seperti itu? Apakah
aku terlihat seperti ingin menghukummu?" Jungah pun memberanikan diri
untuk menatap wajah Luhan.
"Maaf.." ujar
Jungah
"Maaf? Untuk?"
ujar Luhan
"U-untuk menjadi
secret adminer-mu" ujar Jungah
"Hahahahahaha.. Kau
ini lucu sekali Jungah-ssi. Untuk apa kau meminta maaf telah menjadi secret
adminerku? Sudahlah,aku malah senang kok" ujar Luhan sambil tersenyum.
Lagi-lagi Jungah meleleh karena senyumannya.
"Kajja,temani aku
makan. Aku sangat lapar!" ujar Luhan sambil menarik tangan Jungah.
Skip~
Sudah 2 minggu Luhan dan
Jungah semakin dekat. Bahkan banyak yang bilang mereka berpacaran. Jungah
sendiri semakin meyakinkan dirinya bahwa Luhan memang menyukainya. Sesekali
Jungah berfikir kapan Luhan akan menembaknya?
Jungah Pov
Drrrtt Drrtt
Kurasakan handphone ku
berbunyi. Kuraih handphone ku. Kutarik sudut bibirku membentuk senyuman.
From : Luhan
Seonbae
Jungah-ssi,bisakah kau
menemaniku di caffe biasanya? Aku sangat kesepian disini. Dan ada yang ingin ku
katakan padamu. Jadi cepatlah!
For : Luhan Seonbae
Baiklah tunggu aku,ne?
From : Luhan Seonbae
Oke
Apakah hari ini? Inikah
saatnya? Luhan seonbae menyatakan cintanya padaku? Ahh~ mungkin ia sudah tidak
tahan lagi. Aku harus berdandan cantik hari ini. Karena ia akan menyatakan
cintanya padaku. Iya! Hanya padaku.
Author Pov
At Caffe
Klintiing Klinting
Jungah berjalan memasuki
caffe,matanya menyebar mencari sosok lelaki yang telah menunggunya disini.
"Jungah-ssi"
panggil Luhan.
"Oh~ Luhan
seonbae" Jungah berjalan menuju tempat duduk Luhan.
"O.. wasseo?"
ujar Luhan
"Hmm" ujar
Jungah sambil tersenyum manis. Setelah itu mereka memesan minuman mereka
masing-masing.
"Seonbae.."
ujar Jungah
"Hmm? Wae?"
tanya Luhan bingung
"Bukankah tadi kau
bilang ingin mengatakan sesuatu?" ujar Jungah
"Ah~ majda! Kau tau
anak baru di kelas X-A itukan?" ujar Luhan
"Hm?
Nugundae?" ujar Jungah bingung
"Aishh kau ini,dia
sangat populer sekarang. Namanya Park Minri,dia pindahan dari Busan. Kau tau
dia terkenal sangat cantik disekolah kita." jelas Luhan
"Jinjjayo? Geureom
waeyo?" ujar Jungah
"Aish kau ini.
Tentu saja aku tertarik padanya,dia sangat cantik,pintar,dan.. Ah pokoknya
perfect deh" Jungah membesarkan matanya tidak percaya.
"J-ja-jadi,seonbae
menyukainya?" ujar Jungah lemah
"Tentu saja. Siapa
lelaki yang tidak menyukai wanita seperti dia.." ujar Luhan "Kau tau
Jungah-ssi,aku ingin sekali dekat dengannya dan menyatakan perasaanku padanya
kelak. Kau mau membantukukan?"
JLEB
JLEB
Jungah benar-benar tidak
percaya. Ternyata teman-temannya benar,tak seharusnya ia terlalu percaya diri
dengan sikap Luhan. Ia benar-benar seperti orang bodoh sekarang. Jungah
berusaha untuk menahan airmatanya. Ia tidak ingin Luhan melihatnya menangis.
"A-aku kebelakang
sebentar" saut Jungah sambil berlari menuju kamar mandi.
PRAANGGG
Jungah benar-benar tidak
konsen sampai-sampai ia menabrak pelayan. Alhasil makanan tersebut jatuh
menimpa Jungah. Jungah sudah tidak tahan lagi, airmatanya terjatuh deras
membasahi pipinya.
"Agassi
gwenchana?" tanya salah satu pelayan. Jungah hanya dapat mengangguk lemah
"Jwiseonghabnida
jeongmal jwiseonghabnida~ " ujar Jungah sambil menangis
"Gwenchana
agassi" saut pelayan tersebut
"Ya! Jungah-ssi ,
gwenchana?" tanya Luhan sambil berusaha membangunkan Jungah,dan
menopangnya kemobilnya untuk mengantarkannya pulang.
"Ya Jungah-ssi apa
yang kau pikirkan,eo? Sampai-sampai kau tidak melihat pelayan tadi? Lalu apakah
kau terluka?" tanya Luhan bertubi-tubi
"Nan
gwenchana." jawab Jungah lemah
"Kau masih
menangis? Kau kenapa?" tanya Luhan lagi
"Aku tidak apa-apa
seonbaenim,hanya saja aku merasa bersalah terhadap pelayan tadi" bohong
Jungah
"Haha,kau ini
terlalu polos Jungah-ssi." ucap Luhan sambil mengelus kepala Jungah
"Kita kerumahku
dulu saja,bajumu kotor. Sekalian kau bisa membersihkan dirimu,eotte? Tenang
saja aku tidak akan macam-macam." lanjut Luhan. Jungah hanya dapat
mengangguk lemah.
Sampai di Rumah Luhan
"Ini pakailah
bajuku dan bersihkan dirimu. Kau sungguh bau.. Aku akan tunggu
dibawah,eo?" ujar Luhan sambil menutup pintu kamarnya. Jungah hanya dapat
menatap nanar kamar Luhan. Ia masih mengingat kata-katanya tadi. Bahwa dia
menyukai wanita lain. "babo babo kau wanita bodoh! Idiot!" runtuk
Jungah pada dirinya sendiri.
Setelah selesai
membersihkan dirinya Jungah berjalan memandangi foto-foto yang menempel di
kamar Luhan. Ada fotonya waktu kecil,terkadang Jungah terkekeh saat melihatnya.
'betapa tampannya dirimu,bahkan saat kau masih keci saja sudah tampan' batin
Jungah.
"Haaahh"
Jungah mendesah mengingat ia sangat percaya diri terhadap suatu hal. Jungah
berjalan keluar dari kamar Luhan dan mencari Luhan. Ia mendapatkan Luhan yang
sedang duduk di balkon. Wajah tampannya yang tertiup angin malam yang sejuk.
Melihatnya saja membuat hati Jungah tertusuk beribu-ribu jarum.
"Oh... Jungah-ssi,kau
sudah selesai? Kemarilah,pemandangan disini sangat indah." ujar Luhan.
Jungah yang hanya dapat mengikuti perkataan Luhan. Jungah duduk disamping Luhan
memandangi bintang-bintang dilangit.
"Indah bukan?"
ujar Luhan.
"Hmmm" ujar
Jungah lemah "Bintang yang sangat indah" lanjut Jungah
"Seonbae.. Taukah
kau,dulu saat aku masih kecil aku ingin sekali menjadi bintang,bintang yang
selalu menyinari bumi disaat gelap. Sama sepertiku yang selalu ingin menyinari
hati seseorang disaat orang itu jenuh,sedih,atau bahkan marah. Aku ingin ada
disaat seseorang itu susah. Karena itu terkesan lebih berarti,daripada menemani
seseorang disaat senang." lanjut Jungah lagi.
"Dan sekarang
seseorang itu sudah bahagia,itu berati sudah saatnya aku untuk tidak
menyinarinya lagi.." Jungah menundukkan kepalanya untuk menahan
tangisnya.
Skip~
"Ya! Jungah-ya! Neo
waeyo? Kenapa wajahmu suram begitu,eo?" tanya para sahabatnya.
"Gwenchana."
ujar Jungah sambil tersenyum miris.
Jungah hanya diam. Ia
tidak tau harus berbicara apa. Ia bahkan tidak dapat bersemangat. Karena
penyemangatnya telah pergi bersama wanita lain.
KRIIIINGG
Jam istirahat pun
berbunyi, Jungah berjalan gontai menelusuri sekolah. Ia berniatan untuk duduk
ditaman,karena perasaannya akan meredah jika duduk disana. Langkah Jungah
terhenti saat melihat Luhan bersama Minri. Mereka bercakap-cakap,saling
tersenyum satu sama lain.Bahkan Jungah bisa melihat wajah Luhan bahwa ia sangat
senang sekarang. Jungah hanya dapat tersenyum miris mengingat
kebodohannya. 'Tuhan sekarang apa yang harus aku lakukan?' batin
Jungah.
Tes
Tes
"Hiks..hikss"
Jungah berlari menjauhi Luhan dan Minri. Hatinya sangat sakit melihat adegan
mereka.
BRUUKK
"Akgh" rintih
keduanya
"Ya! Jungah-ya kau
jalan pakai mata gak sih?" bentak Baekhyun. Emosi Baekhyun terhenti
sejenak melihat Jungah menangis.
"Jungah-ya,gwenchana?"
tanya Baekhyun. Tapi Jungah masih menangis "Hikss...Hikss... Oppa~"
Jungah memeluk Baekhyun. Baekhyun hanya pasrah dipeluk oleh Jungah. Ia mengelus
rambut Jungah lembut mengeratkan pelukkannya.
"Gwenchanayo
Jungah-ya,menangislah Oppa mengerti"
Skip~
"Lihatlah matamu
bengkak , pasti eommamu akan menanyakanku mengapa kau menangis... Memangnya
mengapa kau menangis? Ada masalah?" ujar Baekhyun
"Oppa.. jika kau
menyukai seseorang,tetapi seseorang itu menyukai orang lain,apa yang kau
lakukan?" tanya Jungah
"Jadi ini semua
karena Luhan? Pangeranmu itu???" ujar Baekhyun heran
"Ck.. Jungah-ya
bukankah aku sudah bilang waktu itu untuk berhenti bertindak bodoh? Haahhh~
jika aku menjadi dirimu,aku akan membiarkannya bersama orang lain,selagi dia
bahagia." ujar Baekhyun
"Jadi.. Aku harus
membiarkannya bersama Minri?" ujar Jungah
"Minri? Anak baru
itu?" ujar Baekhyun
"Hmm.. Oppa~
bisakah kau membantuku?" ujar Jungah
"Mwol?" ujar
Baekhyun
"Bantu aku agar
pindah dari Seoul,bantu aku bujuk eomma. Maukah kau?" pinta Jungah
"MWO?! Pindah??
Untuk apa kau pindah,eo? Hanya karena lelaki seperti dia??? Ya! Jungah-ya
pikirkanlah baik-baik,kau bahkan tidak memikirkan orang-orang disekitarmu,eo?!!
Bagaimana jika teman-temanmu merindukanmu,eo?! Bagaimana?!!" bentak
Baekhyun "dan bagaimana dengan eommaku,apa kau tidak kasihan denganya?!!
Dia sangat menyayangimu,bahkan dia sudah menganggapmu sebagai anaknya. Aku saja
anaknya tidak pernah dianggap olehnya.." lanjut Baekhyun "dan
juga..." Baekhyun menggenggam pundak Jungah "pikirkanlah aku
Jungah-ya.. Aku sebagai Oppamu,pasti akan merindukanmu. Berfikirlah sebelum
bertindak. Jangan melakukan hal bodoh. Arrasseo?" sambung Baekhyun sambil
tersenyum.
Skip~
Jung Ah Pov
Apakah aku harus
melupakannya? Melupakan pangeranku? Sudah saatnya cahaya bintang memudar,karena
bumi sudah memiliki matahari,yang jauh lebih terang dari bintang. Saatnya aku
melupakannya. Semuanya harus dimulai dari awal,aku akan berusaha membuka
lembaran baru di hidupku. Iya! Kau harus bisa Jungah! Hwaitting!!
Wonhago wonhaeyo geurigo
hana
Apeugo apado geuraedo
hanbeon
Darko darhajindedo
Darko darhajindedo
nunmuri mareuji
anhado cheoeumeuro doragalsu itdamyeon
Kurasakan handphoneku
berbunyi.. Kuraih hanphone.. Mataku membulat,melihat Luhan seonbae menelfonku?
Untuk apa? Untuk mengatakan ia berhasil menyatakan cintanya kepada Minri? Ku
tekan tombol hijau
"Yeobeoseyo.."
"Jungah-ssi,kau
kemana saja hari ini? Apa kau tidak masuk sekolah hari ini? Apa kau
sakit?" ujar Luhan
"Ani.."
"Lalu? Kau kemana
saja,eo?"
"Apakah penting
bagimu mengetahui keberadaanku?" ujarku dengar suara dinginku
"Ne??" ujar
Luhan bingung
"Jungah-ssi
gwenchanayo?" sambung Luhan.
"Gwenchana.."
ujarku lemas
"Kau aneh Jungah-ssi,oh
ya tadi aku mencarimu Jungah-ssi.." benarkah iya mencariku? Benarkah?
"karena aku ingin menceritakan sesuatu padamu.. Kau tau besok aku akan
berkencan dengan Minri" DEG! Kencan? Tuhan tolong hatiku sakit sekali
mendengarnya.
"Jungah-ssi.. Kau
mendengarnya tidak?" saut Luhan
"Hmm..
Chukkaeyo" tes.. airmataku mengalir lagi. Ani! Kali ini kau harus kuat.
Kau harus menjadi bintang yang kuat.
"Lalu,bagaimana?
Kau akan mengatakan perasaanmu besok?" ucapku berusaha tegar
"Mollayo~ mungkin
saja.. Jika nanti aku dan Minri berpacaran,aku janji akan mentraktirmu
sepuasnya deh! Hahaha" kudengar suaranya.. tawanya.. inilah saatnya...
Lupakan perasaanmu terhadap Luhan Jungah-ya. Buktikan kalau kau wanita yang
kuat.
"Benarkah? Awas
saja kalau kau mengingkar janjimu" ucapku
"Tidak akan.
Baiklah kalau begitu,istirahatlah sampai bertemu besok.. bye
jaljayo"
Tuuut
Luhan menutup telfonnya.
Besok? Ya! Kau tidak boleh menghindar lagi Jungah-ssi. Kau harus bisa
hwaitting!!
Skip~
Author Pov
Sudah 1 bulan Luhan dan
Minri resmi berpacaran. Jungah tidak dapat berbuat apa-apa sekarang kini
statusnya hanya sebagai 'teman' saja dimata Luhan. Jungah berusaha
menyingkirkan perasaannya terhadap Luhan tapi hasilnya sama saja.
"Jungah-ya~"
panggil Luhan dengan wajahnya yang cemberut
"Wae?" ujar
Jungah bingung
"Kau tau kan acara
pesta dansa yang akan diadakan disekolah kita?" ujar Luhan
"Ne, aku tau,
wae?" ujar Jungah yang masih tidak mengerti maksud Luhan
"Minri tidak bisa
ikut,dia ada akan pergi ke busan untuk menjenguk neneknya yang
sakit,eotteyo?" ujar Luhan sambil melipat-lipat wajahnya.
"Aishh tidak perlu
sedih seperti itu,lagi pula memangnya hanya orang yang berpasangan saja yang
boleh ikut acara itu? Aku saja yang tidak punya pasangan disana biasa
saja" saut Jungah
"Benar juga.. Kau
tidak memiliki pasangan. Kalau begitu kau bersamaku saja,eotte?" ujar
Luhan
"Ne?!!" Jungah
tersontak dengan perkataan Luhan.
"Wae? Kau tidak
mau?? Kau mau melihat temanmu ini sendirian seperti orang bodoh disana? Mau
ya... Jebaal ne ne ne??" bujuk Luhan
"Kenapa harus aku?!
Andwae! Aku tidak mau" ujar Jungah
"Ya! Waeyo? Kau
jahat sekali Jungah-ya! Ayolah sekalii saja,karena hanya kau lah yang ku
percaya" ujar Luhan. Lagi-lagi Jungah termakan dengan rayuannya. Ia tidak
dapat menolaknya
"Baiklah baik!
Terserah kau saja." ujar Jungah lemah
"Nah! Ini baru
teman terbaikku" ucap Luhan sambil memeluk Jungah. Jungah hanya dapat
pasrah dengan semua ini.
"Aku akan
menjemputmu jam 6 malam tepat! Jadi besok malam kau harus sudah siap jam 6!
Mengerti?" ucap Luhan sambil menginggalkan Jungah.
"Haaahh~"
Jungah mendesah. Sebenarnya dia sangat senang bisa berdansa dengan Luhan. Tapi
disisi lain ia tak mau salah paham untuk yang kedua kalinya. Ia tak mau jatuh
kelubang yang sama.
Skip~
Hari ini hari dimana
perayaan acara pesta dansa sekolah Jungah dilaksanakan. Jam menunjukkan jam
16.00 KST Jungah masih menatap dress yang akan dikenakannya nanti,ia bingung
harus berpenampilan apa. Ia tak mau berlebihan,ia tak mau tampil cantik,karena
ia tak ingin menghianati temannya Minri.
30 menit berlalu jarum
jam menunjukkan pukuk 16.30 KST Jungah masih belum mempersiapkan dirinya.
Tok Tok
"Jungah-ya.."
"Oh~ eomma"
"Apa kau tidak
bersiap-siap? Aigoo kau bahkan belum mandi. Mandilah eomma nanti akan mendandanimu"
"T-tapi eomma..
ak--"
"Sudahlah mandi
sana" eomma Jungah memaksa Jungah masuk kedalam kamar mandi. Mau tak mau
Jungah menuruti kata eommanya. Setelah beberapa menit Jungah selesai mandi,
eomma Jungah mendandani Jungah. Jungah tidak dapat berkutik apa-apa.
"Nah~ selesai.. Kau
tampak sangat cantik nak" ujar eomma Jungah. Jungah hanya dapat tersenyum
miris dan menatap nanar dirinya di cermin tersebut.
Jarum jam masih
menunjukkan pukul 17.59 KST sesekali Jungah menarik nafasnya dalam. Ia sangat
gugup saat bertemu Luhan. Masih menunggunya.... Menunggu Xi Luhan.. Hingga
jarum jam menunjukkan pukul 18.30 KST sesekali Jungah berfikir bahwa Luhan
melupakan janjinya. Tiba tiba saja...
TOK TOK TOK
Jungah membulatkan
matanya hatinya berdegup kencang 'apakah itu Luhan? Apa yang harus kulakukan?'
batin Jungah.
"S-sebentar"
Jungah membuka knop pintunya dan mendapatkan wajah Luhan yang sangat tampan. Ia
menggelengkan kepalanya pelan agar tidak terpesona dengan Luhan.
"Whoaa temanku ini
sangat cantik ya rupanya" ujar Luhan. Jungah yang tersontak mendengar
pujian yang keluar dari mulutnya.
"Hahaha lihatlah
wajahmu memerah.." ujar Luhan
"Ya! Seonbae!"
Jungah langsung menutupi wajahnya yang merah
"Kajja.." ujar
Luhan sambil menggandeng tangan Jungah. Sesekali Jungah salah tingkah. Hatinya
sepertinya berbunga-bunga sekarang. Ia berusaha mengontrol perasaannya.
Sesampai disekolahan
Luhan membukakan pintu layaknya Jungah seorang putri. Tapi Jungah tersadar hal
ini hanyalah sebagai tanda pertemanan saja,tidak lebih. Luhan yang sedaritadi
menggenggam tangan Jungah agar tetap berada didekatnya.
"Permirsa
semuanya.. Inilah saatnya pesta dansa dimulai.. Semoga kalian
menikmati"
Alunan lagu mulai
diputar , Jungah yang bingung harus apa tiba-tiba Luhan menatapnya dengan
senyumannya. "Mau berdansa denganku?" pinta Luhan. Jungah yang baru
teringat bahwa peristiwa ini seperti didalam mimpinya. Jungah membalasnya
dengan senyuman mengiyakan ajakan Luhan barusan. Kedua tangan Luhan mulai
bergerak menuju pinggang Jungah, sedangkan kedua tangan Jungah melingkar di
pundak Luhan. Luhan yang merasakan perasaan aneh saat adegan seperti ini.
Perasaan hangat yang menyentuh hatinya.
Luhan Pov
"Permirsa
semuanya.. Inilah saatnya pesta dansa dimulai.. Semoga kalian menikmati"
Alunan lagu mulai
diputar, kulihat wajahnya yang mulai gugup. Wajahnya sangat lucu saat ia gugup.
Kutatap wajahnya dengan senyuman khas miliku.
"Mau berdansa
denganku?" tanyaku padanya. Iya membalasnya dengan senyuman mengiyakan
ajakanku. Kugerakkan kedua tanganku menuju pinggangnya. Jungah pun juga ikut
melingkarkan tangannya di pundakku. Wajahku dan wajahnya saling bertatapan.
Entah ada perasaan lain yang mengganjal hatiku saat menatap wajahnya,matanya
yang idah,pipinya yang merona,bibirnya yang mungil dan merah. Entah hatiku
sangat tertarik dengan bibirnya. Aku berusaha membuang semua pikiran yang
menggangguku. Kugelengkan kepalaku.
"Seonbae, waeyo?
Gwenchana?" ujar Jungah heran
"Hmm..
gwenchana." kutatap lagi wajahnya dan.. Kudapatkan bibirnya,kutatap
bibirnya. Tuhan aku tidak kuat lagi. Maafkan aku Tuhan.. Kudekatkan wajahku
dengan wajahnya. Kulihat Jungah yang menatapku kaget. Kurasakan deru nafasnya..
Nafas kamu bertemu begitu juga dengan hidung kami.
CHUP~ kucium bibirnya
lembut. Kurasakan Jungah juga membalas ciumanku. Kulumat bibirnya lembut.
Kurasakan bibirnya yang mungil,Jungah pun juga membalas lumatanku. Entah
perasaanku campur aduk sekarang. Jungah pun melepaskan ciuman kami dengan
mendorong bahuku. Kulihat ia menangis. Apakah aku salah? Baru pertama kalinya
ia menangis seperti ini. Seperti orang kesakitan.
"Jungah-ya~
gwenchana? Uljimayo" ucapku menghapus airmatanya yang membasahi pipinya
yang merona.
"Mianhae
Seonbaenim.. Mianhae" ia pergi berlari menjauhiku. Apakah aku lancag telah
menciumnya? Haaahh aku memang bodoh!
Author Pov
Jungah berlari sambil
menangis. Ia tak percaya telah berciuman dengan Luhan. "Betapa bodohnya
dirimu membiarkan Luhan mengambil ciumanku,dan betapa bodohnya kau menerima
ciumannya" runtuk Jungah dalam hati.
Sesampai dirumahnya ia
mengais dengan memeluk lututnya. Ia tak berniat untuk menghianati Minri.
"Mianhae
Minri-a" ucap Jungah disela-sela isakkannya.
Skip~
Jungah berjalan gontai
menuju kelasnya. Mengingat peristiwa yang semalam. Jungah tak habis fikir,sudah
berulang kali Luhan memberikan harapan palsu,sekarang? Ia menciumnya? Di benak
Jungah ada sejuta pertanyaan mengapa Luhan mencium Jungah? Ingin menanyakan itu
tapi ia urungkan niatnya.
"Jungah-ya!"
panggil seseorang yang dikenal Jungah yaitu Minri.
"O-oh
Minri-ah" ucap Jungah gugup. Ia takut jika Minri mengetahui Jungah telah
berciuman dengan Luhan.
"Kau tau tidak
Luhan dimana? Aku mencarinya kemana-mana dia tidak ada" ujar Minri
"Nado
mollaseoyo,coba kau cari saja dia lapangan basket. Biasanya kalau dia sedang
tidak ada pekerjaan dia selalu bermain basket." jelas Jungah
"Jinjja? Gomawo
Jungah-ya" ujar Minri sambil meninggalkan Jungah. Jungah menatap punggung
Minri merasa menyesal telah mengkhianati temannya sendiri.
Jungah menyenderkan
punggungnya denga Pohon rindang yang besar,tempat yang sangat teduh dan nyaman.
Jungah memejamkan wajahnya sambil mendengarkan lagu dengan earphonenya.
Tiba-tiba ia merasakan sesuatu dingin yang menempel pipinya. Jungah membuka
kedua kelopak matanya. Ia tersontak melihat Luhan. 'Apa yang dia lakukan?'
batin Jungah
"Ini
minumlah,kubelikan minuman kesukaanmu dikantin." Luhan beranjak duduk
disebelah Jungah
"Tentang kemarin..
Aku--"
"Tidak perlu,aku
lah yang salah. Aku tau kau tidak sengaja melakukannya. Lupakan saja yang
kemarin Seonbae. Anggap saja hal itu tidak pernah terjadi." ujar Jungah
"A-aku kekelas dulu." Jungah beranjak dari duduknya berusaha
menghindar dari Luhan. Tetapi tangan Luhan menahan lengan Jungah.
"Jungah.. Ada yang
ingin kubicarakan padamu.. A-Aku-Ak----"
"Chagiya!
Jungah-ya!" Panggil Minri. Dengan cepat Jungah melepaskan genggaman Luhan.
Minri yang merasakan suasana aneh diantara mereka. Jungah langsung angkat
bicara.
"Minri-ah.. Aku
pergi dulu,eo. Annyeong." Jungah pergi meninggalkan Luhan dan Minri.
"Jungah kenapa? Dia
sangat aneh." ujar Minri
"Minri-ah oppa juga
kekelas dulu,eo? Annyeong." Luhan pun juga pergi meninggalkan Minri. Minri
semakin curiga.
Skip~
Luhan Pov
Sudah berhari-hari
Jungah menghindariku. Mengapa aku selalu memikirkannya? Aku sangat
merindukannya. Entah perasaanku ini lebih dari aku merindukan Minri. Aku
merindukan sosoknya. Sosoknya yang ceroboh,periang,wajahnya yang lucu. Apakah
aku menyukainya? Apakah mungkin?
Kuraih handphoneku ,
kubuka media photoku kulihat fotoku bersamanya, saat pertama kali aku dan dia
keluar bersama. Saat dimana aku dan dia menjadi dekat hingga menjadi seorang
teman baik. Kulihat wajahnya dengan tangannya yang membentuk 'peace' dan
wajahnya yang cantik. Kugelenggelengkan kepalaku. Kubuang jauh-jauh pikiranku
yang aneh.
Besok aku harus
menemuinya! Entah bagaimanapun caranya, aku harus mencari tau apa yang
membuatnya menghindar dariku.
Kubuka kotak telfon ku
ku cari nama Choi Jung Ah , ku kirimkan pesan kepadanya.
For: Choi Jungah
Jungah-ya.. Besok temui
aku di caffe biasanya! Jam 3 siang sepulang sekolah. Aku tidak peduli kau
datang atau tidak,aku akan tetap menunggumu hingga kau datang!
Kutekan tombol send. Tak
peduli ia membalas pesanku atau tidak. Intinya aku akan menunggunya besok.
Skip~
Jung Ah Pov
Hari ini dimana Luhan
mengajakku bertemu dengannya. Sudah beberapa hari aku menghindar darinya.
Sebenarnya ada rasa rindu. Ku lihat jam dinding dikelas menunjukkan pukul 14.59
KST kurang 1 menit lagi bel pulang sekolah berbunyi.
KRIIINGG
Skip~
Author Pov
Luhan dan Jungah masih
terdiam pada diri masing-masing, tidak ada yang angkat bicara. Suasana canggung
dapat dirasakan mereka saat ini.
"Jungah-ya..
Kumohon berhentilah menghindar dariku. Memangnya apa salahku? Apakah karena aku
menciumu waktu itu? Kumohon beritahulah aku sebuah alasan" ujar
Luhan
"A-aku
hanya..."
"Hanya?"
"Hanya ingin
melupakanmu.."
"Ne?" Luhan
mengerutkan alisnya
"Aku hanya ingin
melupakanmu Luhan seonbae. Tak bisakah kau mengerti? Dan berhentilah
memberikanku sebuah harapan palsu! Tak bisakah kau mengerti perasaanku? Mengapa
kau selau mempermainkan perasaanku. Mengapa???" Jungah berjalan keluar
meninggalkan Luhan. Luhan yang masih mencerna perkataan Jungah barusan. Ia
masih bingung maksud dari perkataan Jungah barusan.
Skip~
"Luhan-ah kau ini
terlewat polos. Aku saja yang dulu baru mengenalnya sudah bisa membaca sifat
dan karakternya. Bahkan kau sudah berapa lama bersama Jungah? Sampai-sampai kau
tak menyadarinya? Bahkan semua siswa tau bahwa Jungah menyukaimu." ujar
Baekhyun
"Ne?!! Memangnya
sejak kapan dia menyukaiku?" tanya Luhan
"Tsk.. Kau sungguh
keterlaluan sekali, dia menyukaimu sejak pertama kali dia menginjakkan sekolah
ini. Dia bahkan sering menyebutmu Pangeran Berkuda Putih. Kau tau dia sangat
aneh saat melihatmu. Seperti orang kesetanan.. Bahkan dikamarnya banyak sekali
koleksi fotomu.''
Luhan tersontak
mendengar cerita Baekhyun. Di dalam pikirkannya hanyalah penyesalah
"Mengapa aku bodoh sekali? Mengapa aku tidak mengerti perasaan temanku
sendiri? Aku memang tidak selayaknya disebut teman." batin Luhan
Luhan berjalan menuju
kantin. Saat ia melewati taman ia melihat sosok wanita yang sangat ia rindukan
tertidur disebuah pohon rindang tempat favoritenya. Luhan berjalan mendekatkan
dirinya kepada Jungah. Ia pandangi wajahnya. Cantik. Itulah yang sedang Luhan
pikirkan. Ia baru menyadari saat bersama Jungah ia merasa nyaman. Ternyata
sosok Jungahlah yang ia butuhkan.
"Jungah-ya
mianhe.."
CHUP~ sebuah kecupan yang lembut menandakan rasa
sayangnya kepada Jungah.
"Saranghae"
bisik Luhan lalu pergi meninggalkan Jungah.
Skip~
Someone Pov
Jadi, benar dugaanku.
Mungkin akulah penghalang hubungan mereka. Sahabatku dan Namjachinguku sendiri.
Bahkan aku belum pernah berciuman dengannya. Luhan Oppa mualai detik ini kau ku
bebaskan...
Ku tekan tombol send
untuk mengakhiri hubungan ini
Author Pov
Jungah menunggu bis yang
akan datang. Dia terpaksa pulang menggunakan Bis karena Baekhyun tidak ingin
mengantarkannya. Sebenarnya ingin rasanya mengadukan Baekhyun kepada
eommanya,tapi diakan juga memiliki kebebasan tersendiri.
Jungah
mengayun-ngayunkan kedua kakinya bosan menunggu Bis yang tak kunjung
datang.
Tiba-tiba saja ada
seorang bermotor yang berheti didepan Jungah. Ia sangat mengenal motor itu.
Dia.. Xi Luhan.
"Jungah-ya, kajja!
Naiklah" ujar Luhan
"Tidak, aku pulang
dengan Bis saja. Kau pulanglah duluan" ujar Jungah dingin. Luhan pun
beranjak dari motornya. Ia berjalan mendekati Jungah. Jungah menatapnya heran.
"Ya! Wae? Kubilang
kau pulang saja! Tidak usah pedulikanku" ujar Jungah dingin
"Hentikan!! Kumohon
hentikan bersikap seperti ini terhadapku. Tak bisakah kau melihatku tersiksa
melihat perilakumu itu?? Jangan biarkan aku melakukan ini terhadapmu!"
ujar Luhan
"Memang apa yang
akan kau lakukan?!" ujar Jungah menantang
"Ini..." Luhan
menggendong Jungah agar menaiki motornya
"KYAAAA!!!
SEONBAEEE!!!!" ujar Jungah sambil meronta-ronta
"Berpeganglah ini
akan sangat kencang" ujar Luhan
"NE?!!!!"
BRUUUUMMM
"KYAAAAAAAA!!!"
Jungah pun melingkarkan tangannya kepinggang Luhan erat. Luhan melajukan
motornya dengan kelajuan cepat. Tujuannya agar Jungah berpegangan pada Luhan.
Luhan pun menghentikan
motornya. Karena Ia sudah sampai ditempat tujuan. Tapi Jungah tidak kunjung
juga melepaskan pegangannya. Luhan hanya dapat terkekeh geli. Karena ia
mendengar Jungah seperti sedang berdo'a.
"Sudahlah
Jungah-ya. Kita sudah sampai dengan selamat, kau tidak perlu berdo'a
lagi." ujar Luhan
"YA! KAU GILA ?!
KAU INGIN MEMBUNUHKU ,EO??!!" teriak Jungah sambil memukul punggung Luhan.
"Akkhhh... YA!
Bukankah aku sudah bilang untuk berhenti bersikap dingin terhadapku? Aku bahkan
sudah memperingatkanmu,kau saja yang tidak mendengarkan" ujar Luhan sambil
mengelus punggungnya.
"Cihh~" saut
Jungah
"Kajja.. Ikut
aku." ujar Luhan
"Kemana lagi
sekarang?" ujar Jungah
"Sudahlah ikut
saja" ujar Luhan sambil menggenggam tangan Jungah.
Jungah tersontak melihat
rumah pohon. Yang ia kagetkan bukan rumahnya tapi pohonnya. Pohon yang
favorite Jungah.
"Ya! Bagaimana bisa
ada rumah disana?" ujar Jungah bingung
"Tentu saja aku
yang membuatnya." ujar Luhan
"Jinjja? Mana bisa
kau membangun seperti ini." ujar Jungah
"Kau tidak
percaya?" tiba-tiba Luhan menarik Jungah keatas rumah pohon tersebut.
Jungah membesarkan kedua
matanya. Ia tersontak melihat rumah itu. Benda-benda yang tertata rapi disana
adalah hadiah-hadiah yang Jungah berikan kepada Luhan.
"Bukankah
ini..."
"Iya ini
hadiah-hadiah yang kau berikan padaku. Cantik bukan? Ternyata barang-barangmu
berguna juga,eo?" sambung Luhan
"Jungah-ya, maafkan
aku.. Jika selama ini aku melukaimu.. Dan aku tidak bisa menjadi teman yang
baik bagimu.. Dan.. Maafkan aku telah gagal menjadi pangeran berkuda
putihmu." Jungah membesarkan kedua matanya. "Bagaimana dia mengetahui
itu?" batin Jungah.
"Kau tidak perlu
bingung aku dapat mengetahui pangeran berkuda putih darimana. Yang penting saat
ini adalah perasaan kita" ujar Luhan sambil mendekatkan dirinya kepada
Jungah. Jungah menatappnya heran.
"Maksudmu?"
ujar Jungah
"Jungah-ya.. Aku
mencintamu.. Sebenarnya perasaanku ini sudah ada saat pertama kali aku
mengenalmu. Jika kau bertanya mengapa aku mencintaimu, alasannya hanya
satu. Because i have got my heart on you ." ujar
Luhan.
"Tak bisakah kau
menghentikan omongkosong ini? Bukankah kau sudah memiliki Minri? Mengapa kau
menyatakan perasaan pada wanita lain? Sedangkan kau masih memiliki
yeojachingu?" ucap Jungah datar
"Yeojachingu?
Apakah Minri tidak menceritakannya padamu?" ujar Luhan. Jungah mengerutkan
alisnya.
"Maksudmu?"
ujar Jungah
"Aku dan Minri
sudah putus,bahkan dia yang meminta putus dariku. Jadi aku sudah tidak memiliki
yeo-ja-chin-gu Choi-Jung-Ah" ujar Luhan sambil menekan kata-kata
terakhirnya
"Memang kapan
kalian putus?" ujar Jungah
"Aish.. sudahlah
tidaklah penting membahas itu. Yang penting saat ini adalah tentang perasaan
kita sekarang. Jadi bagaimana?" ujar Luhan
"Bagaimana
apanya?" ujar Jungah polos
"Dengar! Aku tidak
akan mengulanginya lagi... Eheeemm.. Choi Jung Ah.. Aku sangat sangat sangat
mencintaimu, maukah kau menjadi yeojachinguku?" ujar Luhan
Jungah hanya menatap
wajah Luhan tak percaya. Jungah sempat berfikir bahwa ini semua adalah
mimpi,ternyata tidak. Ini nyata.
"Wae? Mengapa hanya
diam saja? Apa kau tid--"
GREEP
Jungah memeluk
Luhan,melemparkan rasa rindunya. Mencium bau aroma khas milik Luhan.Jungah
sangat merindukannya.
Luhan pun membalas
pelukkan Jungah. Mencium puncak kepala Jungah dengan penuh kasih sayang.
"Seonbae~
kajima" lirih Jungah. Luhan pun dengan berat hati merenggangkan
pelukannya. Luhan menggenggam pundak Jungah lembut.
"Tidak bisakah kau
mulai detik ini memanggilku dengan sebutan oppa? Jungah-ya ah~ ani maksudku
chagiya oppa tidak akan pergi kemana-mana. Oppa akan selalu disini
dihatimu." ujar Luhan. Jungah pun tersenyum mendengarnya.
"Ya! Sejak kapan
namaku berubah menjadi 'chagiya' ? Kita bahkan belum resmi berpacaran."
runtuk Jungah
"Ya! Apa kurang
jelas tadi? Aku menyatakan cinta padamu,lalu kau memeluku menyuruhku tidak
pergi. Itu berarti kau menerimaku. Dan kita sah berpacaran." ujar Luhan
"Aku memelukmu
bukan berarti aku menerimamu." ujar Jungah sambil menyulurkan lidahnya
"Ya! Ternyata kau
mempermainkanku,eo? Kau belum pernah kuserang?" ujar Luhan
"Serang? Memangnya
kau akan menerkamku seperti hewan buas begitu?" ujar Jungah
"Hmmm.. aku setuju
dengan idemu. Baiklah aku akan menerkammu seperti binatang buas. Choi Jungah
bersiaplah kau untuk mati raawrrrr" ujar Luhan sambil mengejar Jungah
"Ya! Ya! Seonbae..
Apa yang kau lakukan! Ya!!"
BRUUKK
Luhan menindih tubuh
Jungah. "akhh.. Ya! Seonbae! Menyinkirlah kau sangat berat" ujar
Jungah sambil meronta-ronta kesakitan.
"Shirreo, aku
bahkan belum menyerangmu." Luhan pun mennjukkan senyuman evil miliknya.
Luhan pun mendekatkan wajahnya denga Jungah
"Ya ya! Apa yang
kau lakukan!" ujar Jungah sambil berusaha menyingkirkan Luhan dari
tubuhnya. Tapi percuma saja. Tubuh lelaki Luhan lebih kuat daripada
Jungah.
Luhan berusaha mencium
Jungah tapi Jungah masih saja bergerak-gerak membuat Luhan kesusahan
menciumnya.
"Ya! Jungah-ya!
Bisakah kau diam sejenak?" ujar Luhan sambil mengunci pandangannya kepada
Jungah. Jungah yang terpaku melihat matanya akhirnya berhenti meronta-ronta.
Luhan mulai mendekatkan wajahnya hingga hanya beberapa centi saja. Hingga nafas
mereka menjadi satu.
Chup~
Ciuman kedua mereka
dimulai.. bukan maksudnya ketiga.
Luhan mulai melumat
bibir Jungah dengan lembut, begitu pula Jungah yang membalas lumatannya. Luhan
mencium Jungah dengan penuh kasih sayang. tidak ada rasa nafsu disana. Luhan
dengan berat hati melepaskan ciumannya.
"Ini bahkan
membuktikan bahwa kau menerimaku. Bukankah begitu? Chagiya?" goda Luhan
"Kau licik
Seonbae." ujar Jungah sambil memanyunkan bibirnya.
"Ya! Sudah kubilang
berhenti memanggilku seonbae. Panggil aku Chagiya atau Oppa, eo?" ujar
Luhan
"Baiklah-baiklah
Ooppa~ bisakah kau berdiri? Tubuhmu sangat berat." ujar Jungah kesal
"Hmm baiklah kode
ditrima" Luhan pun bangkit dari menindih tubuh Jungah.
"Oppa~"
panggil Jungah
"Hmm?"
CHUP~
Jungah mengecup bibir
Luhan sekilas
"Saranghae.."
"Nado
saranghae.."
THE END
0 komentar:
Posting Komentar